Semalaman aku sulit pejamkan mata, dan kala embun pertama menetes aku baru dapat mengurai satu pandangan bahwa ternyata “Diperlukan Banyak Hujan Untuk Mendapatkan Pelangi.”
Aku merasa telah mencurahkan banyak hujan bahkan, badai hujan dengan menumpahkan segenap perhatian dan kasih sayang, namun pelangi yang kudambakan tak kunjung kudapat. Pelangi masih terlihat samar bahkan nyaris tak berbias. Badai hujan hampir terhenti
Pelangi terus menebar pesona ke belahan bumi yang lain, hingga aku hanya mampu melihatnya samar-samar. Aku hanya segumpal awan yang mudah tercerai berai tersapu angin, sedangkan langit dan bumi telah menyatu di kejauhan, di ufuk barat, merangkai rencana setiap saat, menanti datangnya hari bahagia, merenda hari depan.
Ah, ada sekuntum hari di mana wanginya menebar ke bumi,
Airmatanya adalah penderitaan, tawanya adalah impian,
Lukanya adalah karib seperjalanan
Dalam pengembaraan, menuju dermaga, mengendara perahu retak,
Hanya fatamorga yang kulihat.
Selasa, Maret 18, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar